
Perencanaan keuangan yang matang dapat menghindarkan seseorang dari kegagalan finansial jika risiko kehidupan terjadi. Selain itu, perencanaan keuangan juga dapat membantu kita untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup meskipun pencari nafkah utama sedang tertimpa hal yang buruk atau hal-hal lainnya yang tidak diinginkan. Namun rupanya belum semua orang menyadari hal tersebut. Indah Muliasari, anggota MDRT lima tahun dari Jakarta, biasanya akan memberikan beberapa pertanyaan kepada prospek atau calon nasabah saat bertemu untuk mengetahui apakah mereka sudah memahami betapa pentingnya perencanaan keuangan. Pertanyaan yang ia akan tanyakan kepada prospek adalah:
- Apakah Anda mengalokasikan pendapatan Anda dengan berinvestasi selain saving di bank?
- Di instrumen apa saja Anda berinvestasi?
- Instrumen mana yang paling Anda sukai?
Dari jawaban mereka, Muliasari dapat mengetahui beberapa hal, seperti:
- Kemampuan prospek atau calon nasabah dalam mengelola pendapatan/income berdasarkan kemampuan mereka dalam menyediakan dana cadangan atau dana darurat
- Profil risiko investasi, apakah mereka konservatif atau risk taker berdasarkan jenis investasi atau tabungan yang mereka punya
- Apakah mereka sudah terproteksi oleh asuransi yang biasanya akan ia tanyakan secara langsung
- Apakah mereka tahu bahwa asuransi adalah bagian penting dari perencanaan keuangan
Setelah mendapatkan semua data di atas, maka Muliasari akan mulai melanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu financial check-up sederhana yang meliputi:
- Besaran penghasilan bulanan atau tahunan mereka
- Besaran biaya hidup (living cost), termasuk biaya pendidikan anak, cicilan rumah, mobil, dan lain sebagainya
- Berapa besar emergency fund atau dana cadangan yang mereka punya
- Asuransi apa saja yang mereka sudah miliki dan akan dihitung apakah sudah cukup untuk memproteksi dirinya sendiri dan keluarganya
“Setelah melakukan financial check-up, saya langsung membuatkan ringkasan review berapa besar aset atau income mereka yang belum diproteksi oleh asuransi dan memberikan saran produk asuransi apa yang perlu dia tambahkan agar tidak under-insured, ” lanjut Muliasari.
Produk asuransi yang ia sarankan kemudian akan ia presentasikan secara detail mulai dari konsep produk sampai kepada besaran Cost of Insurance (COI) yang dibebankan. Muliasari juga lebih memilih menggunakan analogi sederhana untuk memudahkan prospek memahami istilah-istilah asuransi. Jika ternyata prospek tertarik, maka ia akan membuat penawaran (quotation) yang biasanya ia lakukan saat itu juga jika masih sempat atau di pertemuan berikutnya.
Sebagai produk keuangan seperti deposito, obligasi, dan saham, asuransi harus selaras dengan semua produk keuangan yang dimiliki oleh prospek atau calon nasabah dalam sebuah perencanaan keuangan demi terwujudnya tujuan keuangan mereka. Karena itu, penting bagi prospek untuk memahami perencanaan keuangan agar semua langkah yang sudah direncanakan tidak berhenti di tengah jalan. Sebagai contoh, nasabah tidak mudah menyerah pada polis asuransinya karena asuransi adalah bagian dari rencana keuangannya.
“Dengan mengikuti berbagai macam pelatihan atau workshop eksternal seperti pelatihan Certified Financial Planning (CFP), Qualified Wealth Planner (QWP), Inheritance & Tax Planning, dan pelatihan lainnya, kita dapat memahami secara mendalam tentang perencanaan keuangan sebelum menjelaskannya kepada prospek. Selain itu, kita juga dapat memperkaya pengetahuan terkait pengelolaan keuangan, investasi, dan asuransi serta bisa lebih lugas dalam mengedukasi prospek dan nasabah terkait perencanaan keuangan dan asuransi. Kita juga harus lebih jeli dalam mengidentifikasi kebutuhan prospek dan nasabah sehingga dapat memberikan solusi yang tepat,” tutup Muliasari.
Contact: MDRTEditorial@teamlewis.com