Oleh Heather Lindsley, LUTCF, RICP
Saya menyaksikan manfaat nyata perencanaan keuangan saat saya berusia 30 tahun, ibu rumah tangga, dan punya satu orang anak yang masih kecil. Waktu itu, ayah saya didiagnosis menderita mesothelioma. Dokter memvonis usianya tinggal enam bulan.
Dampak besar penasihat keuangan
Ketika Ayah meninggal dua tahun setelah diagnosisnya, satu-satunya warisan untuk Ibu adalah polis asuransi jiwa dengan UP kecil. Syukurlah masih ada yang ditinggalkan, walau hanya itu saja. Sepanjang hidupnya, ayah saya berwirausaha dan tak pernah menabung. Ibulah yang selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tapi, saya melihat hidup orang lain berbeda dari hidup ibu saya karena mereka punya rencana yang lebih baik. Saya hanya ingin orang tidak mengalami kesukaran seperti yang menimpa Ibu setelah ditinggal Ayah.
Tadinya saya tak pernah berpikir ingin menjadi penasihat keuangan, tetapi seorang teman yang berprofesi di bidang ini berkata di industri ini saya bisa menolong orang seperti ibu saya sembari punya jadwal kerja yang fleksibel. Saya langsung mencari lisensi dan mulai berkarier di sebuah agensi kecil di kota kami. Di sepanjang prosesnya, saya bertemu mentor-mentor hebat, dan saya terus belajar.
Para mentor yang menginspirasi
Di industri ini, mentor adalah aset luar biasa. Mentor pertama saya adalah sahabat dan orang yang selalu selalu saya cari bimbingannya. Saya juga punya seorang mentor lain yang mengajak saya ke Pertemuan Tahunan MDRT. Luar biasa rasanya berada di ruangan bersama orang-orang yang begitu sukses dan punya ide yang tak pernah saya dengar sebelumnya. Dan mereka mau membantu saya.
Di acara pertemuan pertama saya itu, saya ingat mengobrol dengan seorang mentor yang bertanya tentang warna stabilo yang saya pakai untuk menandai dokumen nasabah. Saya jawab, “Kuning.” Dia bilang, “Coba stabilo hijau. Rasio closing Anda akan naik signifikan. Hijau berarti jalan terus, sementara kuning membuat orang ragu membubuhkan tanda tangan. Hijau jalan terus.”
Sekembalinya ke kantor, saya mengganti semua stabilo saya. Saya buang yang kuning, saya beli yang hijau. Awalnya sulit mencari stabilo hijau, tetapi begitu dapat, ternyata memang ada pengaruhnya pada rasio closing saya.
Heather Lindsley, dari Green Bay, Wisconsin, AS, adalah anggota delapan tahun MDRT. Hubungi Lindsley di hlindsley@woodburyfinancial.net.
5 cara merangsang pola pikir inovatif
Oleh Susan Robertson
Cara pikir lama membawa kita pada ide yang itu-itu saja. Coba cari cara untuk merangsang otak dan menggeser sudut pandang Anda. Berikut ini beberapa kiat untuk menggugah kerja otak kita.
1. Cari suasana baru.
Keluar dari kantor. Bahas hasil riset atau laporan industri terbaru di museum seni. Ajak tim ke kebun binatang atau tempat wisata, dengan tujuan untuk membawa pulang ide-ide baru. Jika tidak bisa berkegiatan di luar kantor, andalkan imajinasi. Minta tim untuk membayangkan cara menyelesaikan masalah andai kata mereka tinggal di negara lain atau meninjaunya dari perspektif profesi yang lain.
2. Libatkan orang luar.
Bawa masuk perspektif orang luar. Contohnya, saat memikirkan rencana pensiun untuk nasabah, undang agen perjalanan, pengurus komunitas pensiunan, dan orang lain yang melayani segmen nasabah itu. Tim Anda akan terkesima dengan beragamnya ide baru, dan mereka akan mendapatkan ide yang tadinya tidak tercetus karena asumsi-asumsi mereka tentang topik tersebut.
3. Libatkan nasabah.
Dalam memahami nasabah, jangan mengandalkan data semata. Ajak nasabah bicara tentang hidupnya. Kunjungi rumah atau kantornya untuk mengamati masalah yang perlu diselesaikan. Terlalu sering tim merasa sudah punya banyak data, tapi biasanya data tersebut berupa setumpuk laporan dan statistik. Mereka belum menyingkap wawasan baru tentang kebutuhan nasabah. Ajak tim Anda untuk sungguh-sungguh memahami nasabah dengan menyusun proses yang menarik dan interaktif.
4. Pertanyakan segalanya.
Lawan asumsi-asumsi bawah sadar dengan terlebih dahulu meminta tim Anda membayangkan ide yang dirasa ampuh tetapi tidak bisa dijalankan karena suatu alasan. Lalu, minta mereka menilik kembali ide-ide ter-sebut dengan melengkapi kalimat berikut ini: “Kita mungkin dapat menjalankan ide ini jika …” Kata-kata yang muncul setelah kata jika akan menyingkap asumsi-asumsi yang mungkin atau mungkin bukan merupakan hambatan. Ada ide yang hambatannya memang nyata. Karena itu, jangan berlama-lama di sana. Tapi, ada juga ide yang hambatannya bisa didobrak oleh tim Anda.
5. Berani ‘gila-gilaan’.
Salah satu cara mendapatkan ide baru adalah dengan mencetuskan ide yang tampaknya gila. Jika idenya ringan atau mudah dijalankan, boleh jadi dia bukan ide baru. Jadi, ajak tim untuk melontarkan ide-ide gila. Lalu, mainkan logika “Seandainya kita bisa.” Minta tim untuk sementara mengesampingkan masalah pada ide tersebut. Lalu tanyakan, “Seandainya kita bisa men-jalankan ide ini, apa manfaatnya?” Setelah tahu manfaatnya, seleksi ide-ide yang paling menjanjikan, lalu minta tim untuk mencari solusi yang realistis atas masalah tadi.
Susan Robertson, seorang pakar pemikiran kreatif dan dosen kreativitas terapan di Harvard University, memberdayakan individu, tim, dan lembaga untuk lebih lincah beradaptasi dengan perubahan. Selengkapnya, kunjungi susanrobertson.co.
Stay connected dengan prospek, saat pelesir sekalipun
Oleh Remigiusz Stanislawek
Konten online yang menarik membuat saya stay connected dengan prospek dan nasabah, sekalipun saya sedang liburan.
Saya memposting banyak informasi edukatif di internet dan, setelah bertahun-tahun, konten saya kini muncul di laman pencarian Google secara organik. Selain itu, saya beriklan media sosial, seperti Facebook, untuk mengarahkan trafik ke situs web saya. Ada beragam informasi tentang berbagai topik, dan sebagian informasi bahkan tidak berkaitan dengan asuransi atau jasa keuangan.
Informasi sebelum pertemuan
Setiap kali ada yang mengontak saya, saya mengirimi prospek link ke beberapa artikel atau video yang pas dengan minatnya. Saya juga mengajak prospek dan nasabah untuk mendaftar sebagai anggota di situs web saya. Di situ saya menaruh link untuk berlangganan kabar baru, laporan, dan konten lainnya. Seringnya, informasi ini sudah menjawab pertanyaan mereka. Jadi, mereka tidak perlu bertemu saya, dan hal ini menghemat waktu saya dan nasabah.
Siap membantu
Saya rajin memposting informasi investasi yang bisa diambil bulan ini atau produk asuransi yang bisa dibeli dari saya. Saya tidak mencoba menjual dan tidak meminta mereka membeli. Saya hanya membagikan informasi. Sebagian nasabah saya sudah siap bertindak tepat pada hari berikutnya. Ada kalanya, mereka butuh waktu — berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Saya siap begitu mereka siap. Karena saya tidak harus bertemu sebagian besar dari mereka dan rajin memposting informasi baru, berapa pun orang yang membaca atau selama apa pun waktunya tidak jadi masalah. Waktu dan tenaga yang saya curahkan untuk itu tetap sama.
Bila nasabah perlu berbincang dengan saya dan mereka bertanya tentang topik yang belum dibahas, konten saya perbarui supaya semua orang bisa membacanya. Karenanya, orang lain yang punya pertanyaan serupa bisa menemukan jawabannya. Prosesnya pun jadi lebih efisien.
Membangun bisnis dengan metode pemasaran seperti ini butuh waktu. Namun, setelah berjalan stabil, aliran konten baru di situs web Anda bisa mengalirkan bisnis baru. Anda tidak harus menghubungi prospek sendiri — atau bahkan berada di kantor.
Remigiusz Stanislawek adalah anggota 10 tahun MDRT dari Poznan, Polandia. Hubungi Stanislawek di rs@rodzinnefinanse.pl.