Cold calling takkan pernah punah sebagai strategi pencarian lead, tetapi tantangannya memang kian berat karena orang cenderung menyaring dan memblokir panggilan yang mengganggu. Begitupun, media sosial bisa menjadi sarana membangun brand, meluaskan audiens, dan mengeratkan relasi dengan orang lain. Jadi, sudahkah Anda serius berkomitmen di media sosial, khususnya LinkedIn?
Apa bukti suksesnya?
Saya sudah merasakan sukses di LinkedIn. Pada 2021, setelah sekitar delapan bulan berupaya, saya menjaring 2.008 koneksi top dan 39,3% di antaranya merespons balik lewat pesan. Apakah suksesnya tidak terulang? Pada 2022, network saya tumbuh ke angka 4.038 dan, diukur dengan tiga kriteria, tingkat interaksi saya melampaui 37%. Mungkin Anda heran, mengapa bisa setinggi itu padahal audiensnya tak pernah bertemu langsung dengan saya? Saya ingin membangun jaringan di Asia dan mulai menyusun daftar manajer serta influencer lainnya dari berbagai perusahaan asuransi di sana. Grup itu tumbuh hingga 440 lewat mengirim ajakan terkoneksi. Tiap pekan, saya mengirim pesan berisi kabar pribadi dan tautan ke salah satu artikel terbaru saya. Setelah setahun, 40,7% di antaranya merespons, entah dengan menyukai atau men-share atau mengirim pesan.
Bagaimana cara memulainya?
Cara saya tidak sulit untuk ditiru. Tidak perlu beli program, menyewa jasa coach, atau mengalihdayakan tugasnya. Biayanya cuma waktu Anda saja. Karena tiap perusahaan berbeda, pastikan departemen kepatuhan kantor Anda mengizinkan komunikasi aktif dengan koneksi melalui pesan singkat.
Bangun jaringan. Cari orang di LinkedIn yang berpotensi diajak berbisnis. Alumni kampus adalah titik awal yang bagus. Tiap hari, kirim beberapa ajakan terkoneksi. Dalam pesan Anda, sampaikan mengapa menerima ajakan itu berguna bagi mereka. Saya biasanya berkata, “Saya menulis artikel tentang prospecting. LinkedIn platform yang baik untuk membagikannya.”
Hubungi. Bila sudah memiliki sejumlah besar koneksi, kirim beberapa pesan khusus tiap hari, yang mengajak mereka untuk berkenalan lebih dekat. Agar tidak terkesan pesan otomatis, saya menyebutkan berapa lama kami telah terkoneksi, tempat tinggal saya, dan beberapa detail pribadi saya. Saya nyatakan, pesan ini untuk menyambung percakapan, seperti setelah bertemu di pesta, dan sudah waktunya berkenalan lebih dekat lagi. Mengirim 12 pesan seperti ini tiap hari mestinya tidak lama.
Perhatikan notifikasi. LinkedIn mengirim notifikasi hari ulang tahun, peringatan masa bakti, dan update terkait pekerjaan. Tiap pagi, saya merespons tiap notifikasi dengan pesan singkat untuk.
Rutin memposting. Anda mestinya punya akses ke konten artikel edukatif yang telah disetujui bagian kepatuhan kantor. Idealnya, sertakan kata pengantar yang menjelaskan alasan artikel tersebut perlu dibaca penerimanya.
Jawab setiap tanggapan dan komentar. Sudah jelas, dan ini dihitung sebagai interaksi. Respons favorit saya, “Terima kasih telah meluangkan waktu membalas pesan saya.” Kalimat itu kerap berhasil memicu dialog.
Gabung ke grup. Memposting akan menyuguhkan artikel Anda ke hadapan koneksi. Tapi bagaimana dengan pengguna lainnya? Cari grup LinkedIn yang pas dengan profil nasabah ideal Anda. Jika koneksi Anda dari alumni kampus, coba cek ada tidaknya grup LinkedIn kampus untuk dimasuki. Memposting di grup akan menyuguhkan artikel Anda ke hadapan orang yang belum menjadi koneksi. Jika mereka mengomentarinya, itu sudah cukup jadi alasan untuk menghubungi dan mengajak terkoneksi.
Kelompokkan koneksi Anda. Saya menata sebagian besar koneksi top saya ke dalam lima grup. Sekali sebulan, saya mengirim pesan ke tiap orang di tiap kelompok, menyertakan tautan ke sebuah artikel. Tinggal copy-paste. Saya juga menerangkan, pesan seperti ini saya kirim “sebulan sekali”, dan terkadang saya imbuhi: “Beri tahu saya jika itu terlalu sering bagi Anda.” Baik dan sopan jika orang diberi opsi untuk menolak, walau mereka akan langsung menolak dan menghilang jika tidak berminat.
Kapan hasilnya baru terasa?
Jangan mengharapkan hasil instan. Sebagian koneksi akan giat berinteraksi dengan kita. Sebagian merespons setahun sekali. Contohnya, koneksi saya di Asia. Saya mengirim pesan mingguan ke mereka tiap Selasa. Dari sekitar 400, responsnya rata-rata 25 koneksi per pekan dan terkadang bisa hingga hampir 10%. Beberapa orang rutin membalas pesan saya, tetapi sering kali orangnya berbeda-beda tiap pekannya. Diukur untuk setahun, levelnya sekitar 40% untuk grup ini. Anda akan mendapati respons seperti: “Saya menyukai postingan Anda.” Kalau mengira diam berarti tidak berminat, seringnya Anda keliru.
Salah satu keindahan strategi ini adalah kemudahan eksekusinya. Butuh waktu, memang, tetapi hanya itulah ‘biayanya’. Tidak seperti metode memprospek lainnya, LinkedIn bisa digunakan kapan pun Anda mau. Bisa dijadikan aktivitas di waktu senggang. Kuncinya adalah konsisten setiap hari.
Bryce Sanders adalah presiden Perceptive Business Solutions Inc. Ia memberikan pelatihan bagi praktisi jasa keuangan mengenai teknik akuisisi nasabah kelas atas. Bukunya, Captivating the Wealthy Investor, bisa dibeli di Amazon. Hubungi Sanders di brycesanders@msn.com.