Menyongsong masa keemasan
Perencanaan pensiun tidak menjadi prioritas banyak orang, terlebih jika mereka masih kesulitan memenuhi biaya hidup atau akhir masa kerjanya masih jauh dari pandangan. Orang lebih memilih menyisihkan uang, jika ada, untuk hal yang mereka inginkan sekarang. Di negara-negara yang program dana hari tua wajibnya menjamin adanya penghasilan masa pensiun, orang mungkin berpikir itu saja sudah cukup.
Akan tetapi, ada nasabah yang boleh jadi ingin pensiun dini. Artinya, mereka harus memastikan bahwa polis-polis perencanaan pensiun mereka, beserta polis perlindungan lainnya, seperti asuransi jiwa dan penyakit kritis, sudah disiapkan sedari mereka masih muda. Norliza Binte Abdul Karim, anggota dua tahun MDRT dari Singapura, berusaha meyakinkan nasabah bahwa, dari sudut pandang realistis dan praktis, perencanaan dini adalah kunci masa pensiun yang nyaman.
Melindungi impian
Sebelum membahas perencanaan pensiun, Norliza memastikan dahulu nasabah terlindungi dengan polis asuransi jiwa dan penyakit kritis. Setelah itulah baru ia menjajaki topik rencana pensiun. Membuka diskusi, ia meminta nasabah membayangkan masa pensiun impian. Impian-impian ini biasanya berisi keinginan untuk bebas dari utang, mencapai sebagian – kalau bukan semua – tujuan hidup, dan menjalani masa tua dengan bermartabat. Setelah itu, ia bertanya, “Bagaimana impian itu bisa jadi nyata jika tidak ada dana untuk mewujudkannya?”
Sumber daya keuangan dan tabungan yang memadai di hari tua akan memastikan nasabah mampu mengatasi inflasi tanpa harus menurunkan gaya hidup ke depannya. Ia menjelaskan, manfaat besar perencanaan pensiun adalah tersedianya dana yang memadai untuk mencukupi kebutuhan secara holistik di hari tua, bukan sekadar ‘cukup-cukup makan’ – kondisi yang akan terjadi jika mereka hanya mengandalkan tabungan dan uang pensiun. Kalaupun setelah usia pensiun mereka tetap bekerja, itu dilakukan untuk menjaga kebugaran mental dan fisik, bukan karena kekurangan uang.
Ia menjelaskan: “Jika rencana perlindungan kekayaan berfungsi menjaga orang tercinta bila Anda sudah tiada, perencanaan pensiun akan mencukupi kebutuhan bila Anda dikaruniai kesehatan dan umur panjang.”
Bagaimana impian itu bisa jadi nyata jika tidak ada dana untuk mewujudkannya?
Mulai selagi muda
Untuk nasabah kalangan muda, Norliza menerapkan metode lain dalam membantu mereka membayangkan hidup setelah pensiun. Karena pengaruh media sosial, ia melihat sebagian nasabah muda menyamakan kesuksesan dengan kehidupan para influencer media sosial, dan kualitas hidup seperti itulah yang ingin mereka raih saat tua nanti.
Jadi, Norliza mengusung konsep kualitas hidup yang berbeda — atau lebih baik — dari orang tua mereka, yang mungkin masih harus bekerja jauh setelah pensiun. Untuk nasabah yang tidak berasal dari keluarga berada, ia mendorong mereka untuk membayangkan hidup yang dicita-citakan.
“Untuk orang muda dari keluarga berkecukupan, saya sarankan bahwa mereka juga butuh perencanaan pensiun karena mereka pastinya ingin hidup lebih berkecukupan dari orang tua mereka saat menginjak usia itu nanti,” katanya.
Agar bisa memilih
Norliza yakin bahwa tetap bekerja setelah pensiun seyogianya menjadi pilihan, bukan keharusan, dan rencana pensiun yang baik akan membuat pilihan itu lebih dapat diraih.
Untuk memastikan nasabah paham betul keuntungan perencanaan pensiun, ia mengedukasi mereka tentang arti penting kebebasan finansial dan mengurangi beban keuangan di pundak anak sebelum mereka pensiun. Untuk nasabah yang lajang, “Tidak ada rencana cadangan,” dan mereka harus mengerti bahwa mereka hanya bisa mengandalkan diri sendiri.
Dengan memahamkan nasabah bahwa perencanaan pensiun adalah bagian esensial dan integral dari kualitas hidup di usia senja, Norliza membantu memastikan mereka punya opsi terbaik untuk menjalani hari tua yang bahagia di Singapura.
Melinda Woo adalah penulis di Team Lewis, agensi komunikasi yang membantu pengembangan konten MDRT untuk pasar Asia-Pasifik. Hubungi mdrteditorial@teamlewis.com.
KONTAK
Norliza Binte Abdul Karim norlizakarim@rep.greateasternfa.sg