Teknologi kecerdasan buatan dalam praktiknya
Penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence atau biasa disingkat AI semakin banyak digunakan dalam berbagai sektor industri pekerjaan tidak terkecuali industri asuransi. Teknologi kecerdasan buatan dinilai dapat membantu pekerjaan penasihat keuangan dalam menganalisis data yang besar dan kompleks, seperti data klaim, data kesehatan, dan data demografi. Cristine Liman, anggota MDRT 8 tahun dengan 1 Court of the Table dari Jakarta, Indonesia mengatakan bahwa teknologi AI sangat membantu dalam praktiknya sebagai penasihat keuangan.
Liman menggunakan bot obrolan kecerdasan buatan ChatGPT dan Bard untuk membuat skrip konten video yang ia unggah di media sosialnya. Ia mengatakan bahwa semenjak menggunakan kedua teknologi AI tersebut, Liman seperti memiliki 1 karyawan magang yang menyelesaikan 50% pekerjaannya dalam membuat skrip video sehingga ia hanya tinggal memoles 50% sisanya sesuai dengan kemauannya sehingga pekerjaannya menjadi lebih efisien, lebih cepat selesai, dan dengan hasil yang memuaskan.
“Sebagai pengguna aktif media sosial, saya menggunakan hampir semua platform media sosial seperti website, Youtube, Instagram, TikTok, Facebook, dan LinkedIn. Saya juga menggunakan Zoom, Canva, dan CapCut untuk menunjang kegiatan saya sehari-hari. Zoom sangat membantu saya dalam berkomunikasi dengan prospek dan nasabah. Seperti kita ketahui bahwa di industri kita, activity is the key to success. Semakin banyak aktivitas dan bertemu banyak orang, maka peluang untuk closing akan semakin besar. Akan tetapi, satu hari hanyalah 24 jam, jadi bagaimana cara kita untuk memaksimalkan 24 jam yang kita punya untuk bertemu banyak orang? Sampai saat ini, Zoom, masih menjadi penolong saya untuk berkomunikasi dengan prospek dan nasabah. Biasanya saya menggunakan Zoom untuk menyelesaikan 80% presentasi awal dan sisanya 20% saya gunakan untuk merangkum ulang hasil pembicaraan dan closing pada saat pertemuan tatap muka. Canva juga menjadi salah satu tools presentasi yang sangat membantu dalam membuat desain-desain flyer,” ujar Liman.
Liman mengatakan bahwa biasanya dalam satu hari, ia membagi janji temu menjadi minimal 2 janji temu dengan nasabah dan 1 janji temu dengan timnya. Dengan teknologi Zoom Meeting, Liman melakukan 80% presentasi awal yang di dalamnya juga terjadi perkenalan dan presentasi produk yang lebih mendalam. Ketika prospek sudah 80% yakin dan setuju, maka ia akan membuat janji temu tatap muka untuk sesi tanya jawab dan merangkum lebih dalam mengenai produk yang prospek atau nasabah inginkan dan kemudian closing. Dengan cara seperti itu, Liman dapat memenuhi targetnya untuk bertemu dengan minimal 3 orang meskipun tinggal di Jakarta yang selalu macet.
“Saya juga sangat aktif dalam menggunakan media sosial sebagai media promosi dan untuk personal branding. Saya berkomitmen untuk mengunggah minimal 2 konten video setiap minggunya. Oleh karena itu, saya menggunakan aplikasi CapCut yang cukup mudah untuk digunakan oleh pemula seperti saya dan memiliki fitur yang sesuai dengan kebutuhan saya. Hasil videonya pun terlihat profesional. Hasil editing video dari aplikasi CapCut akan otomatis saya unggah ke akun Youtube¸ TikTok, dan Instagram sebagai etalase saya dalam membangun personal dan group branding serta menjadi wadah untuk berbagi informasi dan edukasi kepada masyarakat,” ujar Liman.
Johan Fanggara, CFP, anggota MDRT 8 tahun dengan 1 Court of the Table dari Jakarta, Indonesia juga sudah menggunakan teknologi AI untuk membantu pekerjaannya sehari-hari sebagai penasihat keuangan tapi belum secara spesifik menerapkan teknologi AI untuk melayani kebutuhan nasabah. Ia menggunakan beberapa aplikasi untuk menunjang produktivitasnya bersama nasabah dan juga timnya. Beberapa aplikasi yang Fanggara gunakan, antara lain:
- Calendar: Karena ekosistem devices Fanggara adalah Apple, maka ia menggunakan aplikasi kalender bawaan dari iOS untuk membuat jadwal janji temu, meeting, dan janji temu lainnya. Ia mengelompokkan janji temu di kalendernya menggunakan kode warna supaya lebih jelas. Fanggara juga menggunakan aplikasi lainnya seperti Calendly dimana nasabah dapat memesan janji temu atau “booking appointment” yang otomatis real-time dengan jadwal kita.
- Notes: Aplikasi notes atau catatan ini Fanggara gunakan untuk menotulenkan semua pembahasan dengan nasabah, seperti polis review yang baru dibahas maupun perencanaan keuangan yang akan dilakukan selanjutnya.
- Spreadsheet: Fanggara menggunakan Numbers dan Office Excel yang membantunya dalam membuat daftar review polis dan tabel rekomendasi buat nasabah. Ini akan sangat membantu mereka dalam review.
- Trello: Trello digunakan oleh Fanggara untuk task-management dan process tracking. Karena dengan satu nasabah saja, banyak rangkaian proses yang harus dilalui seperti dari awal bertemu, review polis¸ membuat rekomendasi dan solusi, sampai pada akhirnya policy delivery. Dengan Trello, Fanggara dapat melacak setiap tahapan tersebut dengan baik. Ia juga dapat melibatkan staf adminnya untuk saling memberikan informasi terbaru misalnya dalam proses klaim dan lainnya sehingga pekerjaan akan lebih terstruktur.
“Aplikasi di atas sangat membantu alur produktivitas saya ketika berhadapan dengan nasabah karena pencatatannya rapi sehingga ketika nasabah bertanya soal rencana keuangan yang sudah mereka miliki dan perencanaan ke depannya, akan lebih mudah untuk diberikan update secara real-time. Saya pernah menggunakan beberapa aplikasi AI seperti ChatGPT untuk riset cepat terhadap sebuah kota yang akan dikunjungi atau istilah tertentu yang belum saya mengerti. Bahkan saya pernah coba tanyakan cara menghadapi keberatan nasabah terhadap perencanaan warisan sejak dini. Namun, jawaban dari ChatGPT ini masih berdasarkan data 2-3 tahun lalu dan tidak real-time sehingga tidak relevan dengan permasalahan ataupun tren keuangan saat ini,” ujar Fanggara.
Fanggara sendiri belum terlalu jauh mendalami teknologi AI ini namun ia yakin bahwa teknologi ini sangat menguntungkan dari segi waktu. Misalnya ada tren atau terminologi yang belum kita pahami, maka daripada kita menghabiskan beberapa menit hingga beberapa jam untuk mencari tahu sendiri, teknologi AI ini dapat memberikan rangkumannya dalam hanya hitungan detik sehingga sangat efisien.
Fanggara juga pernah melihat ada aplikasi AI Bernama Humata dimana kita dapat mengunggah sebuah buku, novel, ataupun artikel dan kemudian kita bisa bertanya apa saja mengenai buku tersebut dengan hasil yang sangat cepat. Hal tersebut tentu sangat hebat sehingga membuat Fanggara membayangkan jika di masa depan nanti ia bisa mengunggah data nasabahnya seperti profil, portofolio dan tujuan keuangan yang dimiliki sehingga ia bisa bertanya apa saja dan kapan saja ketika kita membutuhkan untuk membuat ringkasan mengenai nasabah tersebut. Walau masih dalam tahap awal, namun Fanggara yakin bahwa ke depannya, teknologi AI akan semakin banyak diminati karena dapat membantu produktivitas bisnis dan membuat praktik kita semakin efisien.
Contact: MDRTEditorial@teamlewis.com