Membantu nasabah mencapai perencanaan keuangan yang stabil sebelum pensiun
Memastikan nasabah menjalani masa pensiun yang aman dan nyaman tanpa kekhawatiran finansial adalah salah satu tanggung jawab terbesar dari seorang penasihat keuangan. Namun, untuk mencapai hal tersebut, nasabah harus memiliki perencanaan keuangan yang matang sejak usia produktif. Perencanaan keuangan untuk mengelola tabungan pensiun, perencanaan perawatan kesehatan, dan perlindungan aset memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi oleh penasihat keuangan. Selain itu, penasihat keuangan juga harus fokus pada pemberian solusi yang membantu nasabah menyiapkan masa pensiun mereka agar siap menghadapi tantangan keuangan di masa depan seperti inflasi, biaya perawatan kesehatan, dan perlindungan aset.
Sebagai penasihat keuangan sejak tahun 2011, Prasetyo Budiono, anggota MDRT 7 tahun dari Jakarta, Indonesia menjalankan praktiknya dengan konsep seni bertanya. Pertanyaan yang ia ajukan antara lain mengenai impian, harapan, rencana 10 tahun ke depan, goals keluarga, dan rencana pensiun dari prospek dan nasabah. Masa pensiun adalah masa yang panjang karena dimulai sejak sumber pendapatan rutin berhenti hingga akhir hidup di dunia. Pada periode tersebut, biaya hidup terus berjalan, sehingga butuh dana yang signifikan. Persiapan pensiun juga membutuhkan waktu panjang, maka komitmen juga harus jangka panjang. Budget pensiun harus disisihkan dengan komitmen yang kuat untuk waktu panjang agar terasa lebih nyaman dan masuk akal serta masih cukup waktu untuk pengembangan dana yang ada. Budiono memiliki beberapa kriteria yang harus dijawab oleh nasabah sebelum membuat perencanaan pensiun, yaitu:
- Tujuan pensiun dan gaya hidup: Nasabah perlu memikirkan gaya hidup seperti apa yang ingin mereka miliki di masa pensiun nanti kemudian Budiono akan meminta nasabah untuk menuliskan berapa banyak jumlah uang yang mereka perlukan untuk memenuhi gaya hidup tersebut.
- Perkiraan biaya: Perkiraan pengeluaran di masa depan nasabah seperti perawatan kesehatan, tempat tinggal, makan, transportasi, dan biaya hidup lainnya.
- Harapan hidup: Terdengar menyedihkan tapi itulah kenyataannya. Nasabah perlu mempertimbangkan riwayat penyakit turunan dan kesehatan mereka untuk memperkirakan usia harapan hidup mereka. Ini akan sangat membantu dalam menentukan berapa banyak tabungan pensiun yang mereka butuhkan.
- Inflasi: Inflasi dapat mengikis nilai tabungan pensiun nasabah dari waktu ke waktu jadi penting untuk memperhitungkan dampak inflasi saat membuat perencanaan pensiun.
- Umur pensiun: Usia nasabah pensiun juga dapat memengaruhi seberapa banyak nasabah perlu menabung. Semakin cepat nasabah pensiun, maka semakin banyak tabungan pensiun yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
- Manfaat jaminan sosial: Pertimbangkan berapa banyak yang akan nasabah terima dari Tunjangan Jaminan Sosial dan bagaimana hal itu berpengaruh pada pendapatan pensiun nasabah.
- Pengembalian investasi: Tidak semua orang memiliki investasi, namun pengembalian investasi pensiun juga dapat mempengaruhi seberapa banyak nasabah perlu menabung. Pengembalian yang lebih tinggi berarti nasabah hanya perlu menabung lebih sedikit, sedangkan pengembalian yang lebih rendah berarti nasabah perlu menabung lebih banyak.
“Saya adalah penasihat keuangan yang bangga dengan profesi saya ini. Banyak di antara penasihat keuangan yang saya kenal tapi mereka tidak bangga dan bahkan cenderung malu dengan profesi mereka ini. Sudut pandang ini saya dapatkan ketika saya menghadiri acara MDRT di luar negeri dan melihat penasihat keuangan dari negara lain yang begitu bangga dengan profesinya dan tentunya mereka memiliki tingkat profesionalisme yang sangat tinggi. Berlandaskan hal itu, saya selalu mengutamakan profesionalisme, servis, dan selalu berpihak kepada kebutuhan nasabah. Selain itu, saya juga memiliki tujuan untuk mengedukasi prospek maupun nasabah tentang proteksi atau manfaat apa yang mereka dapatkan. Untuk itu saya menginginkan literasi masyarakat terhadap asuransi meningkat dan nasabah mengetahui apa isi dari polis yang mereka ambil. Dengan melakukan penjualan berkualitas yang berlandaskan pada kebutuhan nasabah, saya sangat yakin masyarakat Indonesia akan lebih terbuka dengan asuransi dan membuat hidup mereka lebih aman dan nyaman dengan asuransi. Jika semua hal ini tercapai, otomatis industri asuransi di Indonesia juga akan maju dan orang-orang akan semakin paham dengan asuransi. Tindakan kesalahan penjelasan asuransi, “fraud” atau hanya mau untung semata juga bisa diminimalisir karena penasihat keuangan dan semua elemen yang terlibat di dalamnya sudah sangat teredukasi,” ucap Glen Alexander Winata, anggota MDRT 11 tahun dengan 2 Court of the Table dari Tangerang, Indonesia.
Menurut Winata, tidak ada waktu yang tepat untuk menentukan kapan seseorang harus mulai membuat perencanaan pensiun. Namun jika merujuk pada kondisi, maka ketika seseorang sudah mulai mendapatkan pemasukan, maka saat itu pula mereka dapat mulai membuat perencanaan pensiun. Artinya jika seseorang mulai menghasilkan uang di usia 22 tahun, maka saat itu pula ia bisa memulai menyisihkan untuk merencanakan dana pensiun. Apakah tidak terlalu dini? Tentu tidak. Karena jika kita memulai sedini mungkin, maka berdasarkan nilai waktu dari uang, walaupun jumlah yang ditabung saat ini kecil, namun akan sangat berpengaruh besar di kemudian hari.
Sebagai contoh Bapak A dan Bapak B ingin mendapatkan dana pensiun sebesar Rp. 1 Milyar di usia 55 tahun. Bapak A mulai mempersiapkan dana pensiun sejak usia 25 tahun, sedangkan Bapak B baru memulai di usia 30 tahun. Jika asumsi pertumbuhan dana pensiun sebesar 8% per tahun, Bapak A perlu menabung sekitar Rp. 8.800.000 per tahun sedangkan Bapak B perlu menabung Rp. 13.600.000 per tahun. Penundaan 5 tahun yang dilakukan Bapak B membuat dirinya harus menambah dana sekitar Rp. 5.000.000 lebih banyak daripada Bapak A untuk mendapatkan jumlah dana pensiun yang sama di usia 55 tahun yaitu sebesar Rp. 1.000.000.000.
Selain itu, alasan berikutnya adalah nasabah sebagai manusia hanya memiliki waktu produktif bekerja yang terbatas. Usia normal seseorang bekerja di Indonesia adalah sekitar usia 22 sampai 55-60 tahun. Sedangkan ekspektasi umur di Indonesia adalah sekitar 70-75 tahun. Maka ada selisih 15-20 tahun dimana seseorang menjadi tidak produktif tetapi tetap harus menafkahi kehidupan maka kita harus memikirkan bagaimana ketika kita produktif menghasilkan uang, bisa membuat hidup kita nyaman ketika sudah tidak produktif lagi. Maka dari itu akan sangat penting untuk memulai perencanaan pensiun sejak dini.
Ketika membuat perencanaan pensiun untuk nasabahnya, Winata selalu melakukan fact finding. Dalam obrolannya, ia selalu melempar beberapa pertanyaan yang tujuan untuk mengetahui gaya hidup dan preferensi nasabah. Misalnya dimana tempat tinggal nasabah, punya berapa anak, dimana anak sekolah, kerja di bidang apa, apa jabatan di tempat kerja, biasanya suka berlibur ke mana, dan banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang membuat kita mengetahui seberapa besar dana pensiun yang dibutuhkan. Ia juga selalu mengaitkan pengeluaran tahunan nasabah dan itu sangat menentukan untuk perencanaan pensiun. Biasanya, ketika ia bertanya mengenai pendapatan, nasabah enggan memberi tahu. Namun jika bertanya mengenai pengeluaran, nasabah biasanya lebih mau untuk terbuka.
“Jika pengeluaran nasabah tersebut sebanyak 200 juta rupiah per tahun, maka dengan perhitungan ekspektasi kehidupan di Indonesia antara 70-75 tahun, minimal nasabah tersebut harus memiliki 3 miliar rupiah untuk menjamin masa pensiunnya. Dan tentunya hal ini belum dihitung inflasi kebutuhan yang selalu terjadi setiap tahun. Jika melihat dari jumlah yang harus disiapkan, nasabah mungkin akan kaget dan merasa berat untuk menyisihkan uang sebanyak itu. Saya sebagai penasihat keuangan selalu memberi saran untuk mempersiapkan semampunya dulu dan tentunya juga nasabah harus diberikan informasi mengenai diversifikasi portofolio untuk perencanaan pensiunnya. Kita sebagai orang yang berkecimpung di industri asuransi juga tahu bahwa sangat penting bagi nasabah untuk memiliki beberapa investasi, maka jangan pernah serakah menawarkan sesuatu yang di luar kemampuan nasabah bahkan sampai merugikan nasabah hanya karena mengejar ambisi pribadi demi target semata,” tutup Winata.
Contact: MDRTeditorial@teamlewis.com