Menjadi penasihat keuangan selama lebih dari 12 tahun, Johan Fanggara, CFP, anggota MDRT 8 tahun dengan 1 Court of the Table dari Jakarta, Indonesia sempat merasa ragu apakah ia cocok menjadi penasihat keuangan. Terlebih lagi dengan latar belakang pendidikan di bidang komputer yang ia rasa bertolak belakang dengan industri keuangan. Fanggara juga merasa bahwa sebagai seorang introvert, ia akan kesulitan ketika bertemu dan melayani prospek. Menurut ahli di American Psychological Association1, introvert cenderung menarik diri, pendiam, tenang, suka menyendiri, dan tidak tergesa-gesa. Tak cuma itu, seorang introvert juga lebih suka bekerja secara mandiri.
Introvert lebih mengenai cara seseorang merespons stimulasi, termasuk stimulasi sosial. Bila ekstrovert benar-benar mengharapkan banyak sekali stimulasi, sedangkan introvert justru sebaliknya. Mereka merasa paling nyaman, hidup, dan bersemangat, ketika berada di lingkungan yang sepi dan tenang. Memang tidak setiap saat dan tidak mutlak, tetapi kebanyakan orang introvert sering menginginkan kondisi tersebut.
“Sebagai seorang introvert, saya paham bagaimana menggunakan yang dianggap sebagian orang sebagai kelemahan ini dan mengubahnya menjadi kekuatan saya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada prospek dan nasabah. Saya selalu memosisikan diri sebagai penasihat keuangan yang mengutamakan untuk mendengarkan dulu apa yang menjadi kekhawatiran dari prospek dan nasabah saya sebelum memberikan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Saya ingin membantu banyak keluarga muda untuk memiliki fondasi keuangan yang kuat termasuk dalam perencanaan asuransi, dana darurat, dan persiapan waris untuk keluarga. Oleh karena itu target market saya adalah keluarga muda yang sebaya dengan saya,” ujar Fanggara.
Fanggara menjelaskan bahwa untuk mengenali kelemahannya, ia meluangkan waktu untuk mengevaluasi diri dan juga membangun kesadaran diri atau self-awareness. Selain itu, memiliki rekan sejawat yang dapat memberikan saran apa adanya juga berguna dalam mengevaluasi dirinya. Sebagai contoh, salah satu kelemahan Fanggara sebagai seorang introvert adalah dalam komunikasi verbal. Misalnya dalam membuat janji temu dengan prospek dan nasabah dan atau ketika ia harus basa-basi dengan calon nasabah. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Fanggara di beberapa bulan pertama ketika ia menjadi penasihat keuangan karena perkembangannya tidak secepat penasihat keuangan lainnya di kantor.
“Ketidakpiawaian saya dalam bertemu dengan orang baru dan latar belakang pendidikan yang berbeda dengan pekerjaan saya sebagai penasihat keuangan, saya anggap sebagai sebuah tantangan yang perlu ditaklukkan dan bukannya menjadi penghalang bagi saya untuk menjadi penasihat keuangan profesional. Saya berusaha untuk mengatasi rasa tidak percaya diri dengan melakukan persiapan yang lebih matang. Misalnya sebelum sesi presentasi dan fact-finding dengan calon nasabah, saya pastikan dulu bahwa saya sudah benar-benar mengerti produk asuransi yang akan saya sarankan. Di masa awal karier saya sebagai penasihat keuangan, saya berusaha menghafalkan beberapa cerita ilustrasi nasabah atau contoh sales script yang bisa saya pakai ketika menghadapi penolakan atau keberatan dari calon nasabah tersebut. Jam terbang yang tinggi dan role-play juga lebih efektif bagi saya untuk melayani prospek dan nasabah sealami mungkin tanpa dibuat-buat. Saya percaya bahwa untuk setiap tantangan yang kita hadapi, pasti ada jalan keluarnya namun kita tetap perlu mengenali diri sendiri dan mencari cara untuk mengatasinya,” ucap Fanggara.
Menurut Fanggara, ada beberapa hal penting yang harus dimiliki seorang penasihat keuangan profesional untuk mencapai karier yang sukses, antara lain:
- Kesediaan untuk mendengarkan dan kemampuan untuk menggali apa yang sebenarnya menjadi masalah dan tujuan keuangan dari nasabah
- Komitmen untuk senantiasa meletakkan kepentingan nasabah di atas kepentingan pribadi maupun kepentingan perusahaan tempat kita bernaung
- Mampu menjaga rahasia apa pun yang didiskusikan bersama nasabah
- Terbuka dan apa adanya. Menurut Fanggara, ketika kita memberikan nasihat, biarlah nasihat itu apa adanya dan tidak ada yang ditutupi. Kita harus jujur dalam memberikan nasihat dan menyerahkan keputusan akhir di tangan nasabah agar mereka memilih opsi solusi yang terbaik menurut mereka.
Contact: MDRTEditorial@teamlewis.com