Memiliki mentor yang berasal dan memiliki latar belakang yang sama sebagai penasihat keuangan tentu menjadi hal yang lumrah. Tapi bagaimana jika seorang penasihat keuangan memiliki mentor yang bukan berasal dari latar belakang yang sama? Mariana Sofia, CFP, anggota MDRT 11 tahun dari Jakarta, Indonesia memiliki seorang mentor spiritual untuk memenuhi salah satu aspek dalam konsep manusia seutuhnya. Mentor spiritual ini membantu Sofia untuk menjalani kehidupan sesuai dengan keyakinannya dengan tetap berusaha bertumbuh secara spiritual sambil membantu orang lain menuju kepuasan yang lebih besar.
“Memiliki spiritual yang baik – hubungan dengan Sang Pencipta – menjadi dasar dari semua pilar yang ada dalam konsep Manusia Seutuhnya. Saya bisa saja memiliki karier dan keuangan baik, namun jika tidak disertai dengan spiritual yang baik, bisa jadi disalahgunakan sehingga saya menjadi seorang yang takabur, tidak melakukan kode etik yang benar atau dengan kata lain menghalalkan segala cara dalam berbisnis. Dengan prinsip dan nilai spiritual yang kuat, saya dapat menjadi seseorang yang bijaksana dalam mengambil keputusan di hidup yang penuh dinamika naik dan turun, baik secara bisnis maupun pribadi,” ujar Sofia.
Sofia menuturkan bahwa ada satu titik dalam hidupnya dimana ia mengalami banyak tantangan hingga ia dikenalkan dengan mentor spiritual ini. Ketika itu ia belum mengenal MDRT sehingga kehidupan karier dan keluarga saling bertolak belakang. Dari sisi karier, ia berambisi untuk mencapai posisi dan pendapatan yang lebih tinggi, namun di sisi keluarga, ia merasa jadi semakin memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan kebutuhan anak dan suami sehingga sering terjadi selisih pendapat dalam rumah tangga. Demikian juga waktu untuk beribadah dan belajar lebih mengenal Sang Pencipta tidak lagi menjadi prioritas. Keseimbangan dalam kehidupan kerja dan pribadi Sofia dalam konsep Manusia Seutuhnya menjadi kacau balau.
Permasalahan tersebut tentu sangat berpengaruh bagi kesehatan mental Sofia. Rasa bersalah terhadap keluarga karena seolah menelantarkan mereka karena sibuk mengejar karier sebagai penasihat keuangan terus menghantui. Dengan diperkenalkannya Sofia dengan orang yang sekarang menjadi mentor spiritual baginya seperti angin segar baginya. Tidak pernah terlintas di benak Sofia bahwa orang tersebut akan menjadi mentor spiritual baginya, namun seiring dengan pertemuan mingguan yang mereka lakukan, ia semakin menyadari bahwa belajar dari seseorang yang sudah lebih dahulu mengalami apa yang sedang ia alami adalah cara termudah untuk belajar. Orang tersebut jauh lebih senior dan memiliki pengalaman hidup yang lebih kaya dan sudah sukses melewatinya.
“Saya percaya bahwa keberhasilan seseorang tidak semata-mata datang karena kerja keras saja,” ucap Sofia sambil menekankan pentingnya spiritualitas. “Saya sudah melihat banyak rekan penasihat keuangan yang tampak sangat sukses namun berakhir dengan perceraian. Nilai-nilai spiritual berperan penting dalam membantu kita memilih keputusan yang lebih bijaksana dan tepat. Pada dasarnya seseorang tidak dapat memberikan apa yang tidak ia miliki. Tanpa landasan spiritual yang baik, kita tidak memiliki kasih, kedamaian, sukacita, kebijaksanaan yang dapat kita berikan untuk para nasabah, rekan kerja ataupun keluarga kita,” tambah Sofia.
Memiliki mentor yang lebih dewasa dan lebih berpengalaman namun bukan berasal dari industri keuangan mendatangkan manfaat tersendiri bagi Sofia. Ia jadi lebih cepat mengatasi sebuah tantangan karena memiliki seseorang yang dapat ia percaya dan andalkan untuk berkonsultasi mengenai masalah apa pun yang terjadi di hidupnya. Ia juga dapat melihat sebuah situasi dengan perspektif yang lebih luas dan netral serta menemukan jalan keluar yang terkadang tidak terlihat ketika ia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri.
Selain itu, menurutnya memiliki mentor bukan berarti seseorang itu lemah atau tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk menjadi penasihat keuangan profesional. Dengan memiliki mentor, menandakan bahwa Sofia adalah orang yang bersedia dan terbuka dalam menerima masukan dan pandangan orang lain. Dan hal itu yang menjadikannya lebih dewasa dan bijaksana. Ia juga tidak pernah mendengar ada orang yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang lemah karena memiliki mentor.
“Di tahun 2022, saya terdiagnosis kanker payudara stage 3. Pada saat itu seketika dunia saya menjadi lebih gelap dan saya kehilangan arah. Saya tidak bisa memahami mengapa hal ini terjadi pada saya. Saya bersedih dan bingung tapi tetap berusaha untuk melakukan riset dan mencari berbagai alternatif penyembuhan dengan segenap kekuatan saya. Saya bersyukur karena dalam setiap situasi, saya bisa bercerita pada kelompok mentoring saya dan mereka memberikan dukungan dan pandangan yang berbeda serta mendoakan dengan tulus. Perlahan-lahan saya berhasil keluar dari lembah self-pity dan kesedihan saya. Bangkit kembali menjadi seseorang yang lebih kuat secara mental. Saya menemukan kembali sukacita, kedamaian dan mampu berserah ke sang Pencipta. Dan ajaibnya, semua target bisnis tetap tercapai meskipun dalam kondisi fisik medis yang sangat terbatas.”
Sofia memiliki kelompok kecil beranggotakan 9 orang, termasuk 1 orang mentor. Mereka selalu bertemu baik secara tatap muka maupun daring setiap minggunya. Dalam pertemuan tersebut ia bersama-sama anggota kelompok lainnya mempelajari hal baru tentang kehidupan spiritual atau pelajaran hidup. Mereka juga berbagi pengalaman dan saling bertanya dan memberikan nasihat atau penguatan dalam berbagai hal kehidupan baik sebagai profesional ataupun kehidupan pribadi. Kelompok ini sudah berjalan sekitar 13 tahun dan mereka bertumbuh bersama. Semua hal yang dibagikan di dalam kelompok ini bersifat pribadi dan rahasia sehingga anggota kelompok tidak boleh membocorkan cerita ke luar kelompok. Mereka juga menjaga agar percakapan yang terjadi selalu positif dan memberikan kebaikan. Sejak awal peraturan ini dibuat, setiap anggota kelompok sudah menyepakati dan juga selalu diingatkan dari waktu ke waktu. Sofia percaya dan mengenal setiap pribadi dalam kelompok ini bahwa mereka bukanlah orang-orang yang bermulut bocor dan negatif.
“Menjadi seorang mentor haruslah seseorang yang sudah terlebih dahulu mengalami dan berhasil melewati jalan yang akan kita tempuh. Seorang mentor haruslah ia yang lebih dewasa, berpengalaman, dan bijaksana. Selain itu, seorang mentor haruslah memiliki hati yang mau berbagi, terbuka dalam komunikasi dan mau menyediakan waktu bagi mentee. Saya sendiri sudah menjadi mentor untuk banyak penasihat keuangan lainnya, baik dalam hal bisnis, maupun yang bersifat pribadi. Banyak penasihat keuangan yang masih muda datang untuk berkonsultasi dengan saya dan saya pun selalu siap untuk memberikan waktu dan nasihat meskipun mereka tidak berada dalam tim saya dan tidak memberikan dampak finansial apa pun pada saya. Bagi saya, memberi adalah gaya hidup yang seharusnya. The more I give, the more I get,” tutup Sofia.
Contact: MDRTEditorial@teamlewis.com